Semua berawal ketika di parkiran, aku bertemu dengan dia. Tak ada perasaan yang aku rasakan, hanya biasa dan sebatas teman yang sering dilihat tetapi tidak pernah saling menyapa. Entah mengapa, setelah berturut-turut terus bertemu, ada perasaan yang mengganjal di hatiku. Perasaan yang tak menentu ketika bertemu dengannya. Aku memberanikan diri menanyakan namanya dengan salah seorang teman sekelasnya. Aku yang selalu penuh dengan rasa penasaran, mencari tau tentang dia.
Awalnya, dia juga seperti memberi respon yang sama, sehingga membuatku semakin gigih untuk mengenalnya lebih jauh. Menurutku dia adalah cowok misterius, dingin dan cuek. Karena kesehariannya yang selalu dapat di tebak. Datang ke sekolah tepat 5 menit sebelum bel, dan pulang sekolah tepat 10 menit sesudah bel. Dan kesehariannya itu membuat kegiatan rutinku juga untuk sekedar melihat paras nya dari jauh. Menunggunya lewat tepat di depan kelas ku dengan menaiki sepeda motornya. Walaupun hanya dapat melihatnya dari ketinggian sekitar 2,5 atau 3 meter, tetapi hal itu membuatku geregetan.
Aku selalu berusaha mencari tau semua hal tentang dia, dimulai dengan mencari tau akun nya di dunia maya, mau pun mencari tau pin bb nya. Sampai ketika, aku pernah melihat nya bersama teman sekelasku. Dari situ, aku mulai menanyakan semua tentang dia. Menceritakan apa yang kurasakan, dan pastinya mengenalnya lebih dalam lagi. Awalnya, temanku mengatakan kalau dia itu malu mendekati seorang cewek. Tapi itu tidak mungkin apabila dia sudah pernah menjalin hubungan sebelumnya. Temanku juga sudah bercerita dengan dia tentang aku. Memang mengejutkan karena responnya sedikit dingin, dia hanya diam dan tak menjawab.
Tak lama setelah aku mendapat pin nya, aku mengirim pesan singkat melalui bbm.
Aku: “PING!!!”
Dia: “Y?”
Dan hanya itu yang dia jawab. Sontak aku terkejut dan merasa kecewa. Sebegitu cuek kah dia?
Aku: “PING!!!”
Dia: “Y?”
Dan hanya itu yang dia jawab. Sontak aku terkejut dan merasa kecewa. Sebegitu cuek kah dia?
Semenjak itu, aku tidak berani lagi untuk mencoba berkomunikasian dengannya. Bagaimana bisa kami dekat, sedangkan dia pun hanya dapat mempertahankan sikap cueknya. Tapi itu juga merupakan tantangan tersendiri buatku.
Dan tepat ketika ulang tahunnya, aku kembali memberanikan diri. Aku mengirim ucapan di salah satu akun nya di dunia maya. Sungguh, menanti balasan darinya adalah yang paling ku tunggu-tunggu. Harap-harap cemas, hanya itu yang kurasakan saat itu. Tepat pukul 7 malam, ak membuka ucapan yang tadi ku kirim. Dan hasilnya, kecewa yang kudapatkan. Hanya sekedar ‘like’. Tak ada kata ‘terima kasih’, ‘senyum’ atau pun yang lain. Kekecewaan itu terlalu sakit, sehingga untuk pertama kalinya, aku meneteskan air mata untuknya. Setiap hari, sebelum bel masuk berbunyi dan sesudah bel pulang berbunyi, aku selalu menunggu nya di balkon depan kelasku, walau hanya untuk melihat dia sebentar saja.
Penantian ku seakan sia-sia ketika dia bercerita kepada temanku, bahwa dia telah menjalin hubungan dengan wanita lain.
Aku, yang selalu menyukainya, tetapi tidak ada sedikitpun respon yang dia berikan.
Sakit? Tentu!
Dan mulai dari itu, aku tidak lagi mengharapkannya. Sekedar menanyakan nya lagi saja, aku tidak berfikiran lagi. Karena untuk ku, hal itu sudah sangat menyakitkan. Aku juga tidak ingin mengganggu, karena terus mengusik kehidupannya. Aku juga tidak ingin membuat pasangannya merasa tidak nyaman. Dan kini, sendiri itu jauh lebih nyaman.
Aku, yang selalu menyukainya, tetapi tidak ada sedikitpun respon yang dia berikan.
Sakit? Tentu!
Dan mulai dari itu, aku tidak lagi mengharapkannya. Sekedar menanyakan nya lagi saja, aku tidak berfikiran lagi. Karena untuk ku, hal itu sudah sangat menyakitkan. Aku juga tidak ingin mengganggu, karena terus mengusik kehidupannya. Aku juga tidak ingin membuat pasangannya merasa tidak nyaman. Dan kini, sendiri itu jauh lebih nyaman.
Karya : Alma Alvionita