Rabu, 06 Maret 2019

Aplikasi Sistem Informasi Geografik Dalam Sektor Pertanian

Aplikasi Sistem Informasi Geografik Dalam Sektor Pertanian
(Fitriyatush Shalihah / 17025010151)

a. Definisi Sistem Informasi Geografik
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem informasi spasial yang digunakan untuk memproses data yang bergeoreferensi  yang berbasis web serta memungkinkan akan membantu memecahkan suatu masalah.
Sistem Informasi Geografis adalah sebuah sistem yang terdiri dari software dan hardware, data dan pengguna atau institusi untuk menyimpan data yang berhubungan dengan semua fenomena yang ada dimuka bumi. Data-data tersebut dapat berupa sebuah detail fakta, sebuah kondisi dan informasi yang  disimpan dalam suatu basis data dan kemudian akan digunakan untuk berbagai macam keperluan misalnya analisis, manipulasi, penyajian dan lain sebagainya.
b. Tujuan SIG
Sistem Informasi Geografis memliki tujuan untuk mempermudah mendapatkan informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Ciri utamanya yaitu data bisa dimanfaatkan dalam Sistem Informasi Geografis yaitu data yang telah terikat dengan lokasi dan merupakan data dasar yang belum dispesifikasi.
Dapat disimpulkan bahwa GIS (Geographic Information System) atau bila diterjemahkan menjadi SIG ( Sistem Informasi Geografis) adalah pengolahan data geografis atau keruangan yang bisa dikelola lebih lanjut agar menjadi informasi data yang dibutuhkan dalm bentuk data spasial. Data spasial divisualisasikan berupa titik,garis,polygon, dan permukaaan.
Data spasial memiliki 2 struktur antara lain model data raster dan model data vektor. Data raster berarti data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat (grid) atau sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Sedangkan data vektor berupa data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang dapat menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (polygon).
Gambar 1. Visualisai data spasial
Dalam ilmu geografi, informasi yang diperlukan harus memiliki ciri-ciri yang harus dimiliki (Prahasta, 2002),yaitu:
  1. Knowledge, atau pengetahuan hasil pengalaman yang tersusun secara sistematis.
  2.  Logis, atau masuk akal dan menunjukkan sebab akibat.
  3. Objektif, artinya berlaku umum dan mempunyai sasaran yang jelas dan teruji.
c. Komponen – Komponen dalam SIG
Dalam sistem informasi geografis terdapat beberapa komponen antara lain (1) perangkat keras (Hardware), yang berfungsi untuk mendukung analisis geografi dan pemetaan seperti menyajikan citra dengan resolusi dan kecepatan tinggi dan mendukung operasi – operasi basis data dengan volume besar secara efektif. (2)perangkat lunak (Software), merupakan sekumpulan program aplikasi yang dapat melakukan proses menyimpan, menganalisa, dan memvisualkan data – data. (3) manusia (Brainware), merupakan inti dari komponen GIS karena manusia yang mengelola sistem, membangun perencanaan, dan penerima manfaat, serta harus memiliki keterampilan dalam hal penggunaan software dan hardware.(4)Data, merupakan hal yang dibutuhkan dalam  komponen system infomasi geografik, karena data tersebut memuat serta memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensi dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lainnya, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (atribut).(5)Metode, pada sistem informasi geografik menggunakan metode yang berbeda untuk setiap permasalahan. Sistem informasi geografik yang baik tergantung pada aspek desain dan aspek kenyataannya.
Sistem informasi geografis memiliki 4 komponen lain yang berpengaruh dalam proses penyelesaiannya, yang pertama tahap input data, digunakan untuk menginputkan data spasial dan data atribut yang meliputi proses perencanaan, penentuan tujuan, pengumpulan data, serta memasukkannya kedalam komputer (software). Kedua yaitu  pengolahan data meliputi penggunaan DBMS untuk menyimpan data, klasifikasi data, kompilasi, dan geoprocessing (clip, merge, dissolve).Ketiga yaitu tahap query dan analisis data dimana pada tahap ini dilakukan berbagai macam analisa keruangan, seperti analisis proximity dan analisis overlay. Komponen keempat atau komponen terakhir dalam SIG yaitu tahap output dan visualisasi yang merupakan fase terakhir dalam 4 komponen utama dimana berkaitan dengan penyajian hasil analisa yang telah dilakukan yang diwujudkan dalam bentuk peta atau dalam bentuk grafik.
d. Sektor pertanian
Sektor pertanian yang merupakan sektor yang diunggulkan pada sebagian besar daerah di Indonesia, kondisi tersebut menunjukkan perlunya perhatian terhadap pembangunan masyarakat khususnya di pedesaan. Perhatian tersebut dapat melalui investasi modal baik sosial maupun ekonomi, meningkatkan produktivitas hasil pertanian, mengatur hubungan yang saling menguntungkan antar warga dan membangkitkan kelembagaan lokal yang dapat memberdayakan semua pihak yang terlibat dalam meningkatkan produktivitas (Sisparyadi, 2003).
e.  Pemanfaatan SIG dalam bidang pertanian
Pembahasan yang berkaitan dengan aplikasi atau bidang-bidang yang mebutuhkan analisis dalam sekala wilayah luas dan perencanaan jangka panjang sangat mempermudah jika menggunakan aplikasi SIG, seperti yang tergambar pada bidang pertanian, Sistem informasi geografik saat ini lebih banyak dimanfaatkan untuk tujuan analisis yang kesesuaian dengan kemampuan lahan untuk pertanian, estimasi produksi dari beberapa komoditi tanaman pertanian, estimasi serangan hama-penyakit tanaman, prediksi erosi tanah, monitoring dan analisis perubahan tataguna lahan, analisis kerentanan banjir dan longsor tanah akibat perubahan penggunaan lahan, monitoring agroklimatologi, survei dan pemetaan tanah, evaluasi dan klasifikasi tanah, perencanaan jaringan irigasi,dan lain sebagainya.
Di bidang pertanian, sistem informasi geografik berguna untuk memprediksi luas area dan produksi komoditas pertanian, pemetaan potensi sumberdaya lahan, pengembangan agroindustri, serta prediksi sebaran hama dan penyakit tanaman.
Sistem informasi geografik yang dibuat dengan menggunakan skala besar (detail) dan menggunakan data masukan beresolusi tinggi memberikan keakuratan hasil (produk) yang tinggi, namun daerah cakupannya umumnya tidak terlalu luas. Sedangkan sistem informasi geografik yang dibuat dengan skala kecil serta menggunakan data masukan beresolusi rendah umumnya mempunyai tingkat keakuratan hasil yang rendah, namun mencakup daerah pemetaan yang luas.
Pemanfaatan system informasi geografik dalam sektor pertanian pada umumnya memerlukan  beberapa data masukan, yaitu berupa data-data spasial seperti : peta rupa bumi, peta geologi, foto udara, citra satelit atau citra radar, dan data-data atribut seperti : data iklim, dan data social penduduk. Masing-masing data tersebut jelas memiliki kegunaan yang berbeda-beda yaitu peta rupabumi digunakan sebagai dasar pembuatan peta administrasi dan peta kontur. Sedangkan peta geologi memiliki kegunaan untuk membantu analisis dan pembuatan peta tanah. Untuk foto udara, citra satelit, dan citra radar digunakan untuk analisis dan pembuatan peta. Data iklim memiliki kegunaan untuk menganalisis dalam pembuatan peta curah hujan (intensitas curah hujan).Sedangkan data sosial penduduk digunakan untuk analisis dan pembuatan peta sebaran penduduk. Data yang terkumpul di atas digunakan untuk pembuatan peta satuan lahan homogen atau peta dasar atau disebut juga dengan peta kerja lapang. Hal tersebut dilakukan melalui pengamatan lapang dan analisis sampel tanah, serta air di laboratorium, serta dengan melakukan analisis statistik, kemudian dibuat peta akhir sesuai tujuan yang diharapkan.
Fungsi dari SIG sangat bergantung dari tujuan awal pekerjaan SIG, namun demikian pada beberapa produk SIG terkadang dapat dimanfaatkan untuk tujuan lain yang tidak terprediksikan sebelumnya Di bidang pertanian, system informasi geografik berguna untuk memprediksi luas suatu area ataupun jumlah produksi komoditas pertanian, pemetaan potensi sumberdaya lahan, pengembangan agroindustri, dan agropolitan, serta prediksi sebaran hama dan penyakit tanaman. Produk system informasi geografik yang dibuat pada skala yang cukup besar (detail), menggunakan data masukan yang memiliki nilai resolusi tinggi agar dapat memberikan keakuratan hasil (produk) yang tinggi, namun daerah cakupan dari SIG skala tinggi umumnya tidak terlalu luas. Sedangkan untuk produk SIG yang dibuat dengan skala kecil dengan menggunakan data masukan yanag memiliki resolusi rendah umumnya mempunyai tingkat nilai keakuratan yang rendah pula, namun dapat mencakup daerah pemetaan yang cukup luas.
f.    Kajian SIG dalam bidang pertanian
Beberapa kajian yang mendukung optimalisasi lahan dalam bidang pertanian melalui analisis sistem informasi geografi :
·   Kajian Erosi Tanah, Kajian erosi tanah diperlukan data-data yang berkaitan dengan faktor-faktor penyebab erosi, seperti : data curah hujan harian selama 5 sampai 10 tahun terakhir, data sifat dan karakteristik tanah untuk menghitung besarnya erodibiltas tanah, data vegetasi dan lain sebagainya.
·   Kajian Serangan Hama Penyakit Tanaman, kajian serangan hama penyakit tanaman menggunakan data geospasial yang diperlukan antara lain data fisiografi wilayah, seperti bentuk lahan (landform), kelerengan, jenis tanah, dan sebaran vegetasi atau tanaman, data iklim terutama curah hujan, intensitas penyinaran matahari, arah angin, data pola penggunaan lahan dan data sosial penduduk.
·    Kajian Pembuatan Sarana Pengairan Dan Jaringan Irigasi, si diperlukan data geospasial berupa data bentuk lahan makro, kelerengan dan lithologi, data penggunaan lahan, data sebaran penduduk dan kepemilikan lahan dan data sumber-sumber air alami, dan lain-lain.

Website Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur : Klik disini
E-learning UPN"V" Jawa Timur : klik disini
Website Agroteknologi UPN"V" Jawa Timur : Klik disini

 

Fitri's Blog Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger