Rabu, 01 Mei 2019

Analisis Spasial Berbasis Sistem Informasi Geografis Kesesuaian Lahan Pertanian di Yogyakarta


Geographic Information System-Based Spatial Analysis of Agricultural Land Suitability in Yogyakarta
(Analisis Spasial Berbasis Sistem Informasi Geografis Kesesuaian Lahan Pertanian di Yogyakarta)


Sektor pertanian adalah kegiatan ekonomi utama masyarakat dan juga sumber penguatan ekonomi rakyat serta merupakan penyedia lapangan kerja terbesar.  Selain itu sektor pertanian adalah sektor yang disukai di sebagian besar wilayah di Indonesia. Kondisi ini menunjukkan kebutuhan untuk memperhatikan perkembangan manusia, khususnya di daerah pedesaan. Dalam jangka panjang, sektor pertanian diharapkan meningkat untuk memungkinkan peningkatan di kesejahteraan ekonomi masyarakat terutama di daerah pedesaan.
Lima kriteria harus dipenuhi untuk memungkinkan sektor pertanian untuk menjadi sektor dominan dalam perekonomian wilayah. Kelima kriteria tersebut adalah (1) kriteria kontribusi: kontribusi langsung terhadap pencapaian tujuan nasional, (2) mengartikulasikan kriteria: adalah kemampuan untuk mendorong pertumbuhansektor ekonomi lainnya melalui hubungan sinergis antar industri; (3) kriteria promotif: kemampuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan dan pengembangan sektor ekonomi lainnya; (4) progresif kriteria: kemampuan untuk tumbuh secara berkelanjutan pada tingkat yang cukup tinggi menilai, dan (5) kriteria ketangguhan: kapasitas untuk bertahan dalam menghadapi setiap guncangan yang disebabkan oleh ekonomi, kekacauan sosial atau politik. Dengan memenuhi lima kriteria ini, sektor pertanian akan memiliki keduanya komparatif dan keunggulan kompetitif dalam ekonomi global (Simatupang et al., 2001).
Untuk memenuhi kelima kriteria diatas maka juga juga diperlukan beberapa faktor yang mendukung untuk mecapainya salah satunya yaitu kesesuaian lahan. Dimana kesesuaian lahan merupakan penilaian dan klasifikasi sebidang tanah dalam hal kesesuaiannya untuk penggunaan yang ditentukan. Kesesuaian lahan dinilai dengan membandingkan kualitas persyaratan penggunaan lahan dan lahan.
Menurut FAO (1976) system klasifikasi kesesuaian lahan yang dapat dibagi menjadi empat kategori: kesesuaian lahan di tingkat pesanan, kesesuaian lahan di tingkat kelas, kesesuaian lahan di tingkat subkelas, dan kesesuaian lahan di tingkat unit. Dalam hal tersebut juga, FAO menyebutkan bahwa kesesuaian lahan aktual dapat ditanmai oleh tiga jenis komoditas tanaman pertanian  yaitu  padi, jagung, dan kacang tanah.
Padi adalah tanaman yang menghasilkan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Kebutuhan akan beras sebagai makanan pokok akan terus mmeningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan populasi. Jagung adalah tanaman pangan yang bisa dijadikan pengganti untuk padi. Jagung dapat ditanam dengan mudah di Indonesia karena tidak memerlukan kondisi lahan bahkan lingkungan yang khusus. Sedangkan Kacang tanah digunakan sebagai bahan baku dalam industri makanan dan bahwa kebutuhan kacang tanah akan meningkat dari tahun ke tahun ke tahun.
Selain kesesuaian lahan, terdapat factor lain yang dapat mendukung keberhasilan produksi dan produktivitas sektor pertanian yaitu factor pemilihan komoditas tanaman yang sesuai dengan lingkungan (lahan, ketinggian,dll) yang ada, dimana hal tersebut secara tidak langsung juga akan mempengaruhi level tinggi atau rendahnya pendapatan petani. kebijakan pemerintah yang perlu ditingkatkan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan petani, terutama dalam penyediaan input pertanian seperti pupuk, pestisida, benih, sistem irigasi, dan input pertanian lainnya. Serta sistem distribusi (pemasaran) dan penentuan harga pasar setelah panen juga perlu dipertimbangkan agar tidak merugikan para petani.
Untuk mendukung hal tersebut, perlu untuk menilai fisik serta keuangan dan ekonomi viabilitas yang merupakan indikator keunggulan komparatif dan kompetitif sektor pertanian di pangkalan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasilnya akan memungkinkan pengembangan sektor pertanian yang lebih optimal, terutama untuk memperkuat ekonomi rakyat di daerah pedesaan, dengan menggunakan Analisis Spasial Berbasis Sistem Informasi Geografis.
Sistem Informasi Geografis adalah sistem berbasis komputer yang memungkinkan untuk menangani data yang direferensikan secara geografis termasuk memasukkan data, manajemen, manipulasi dan analisis, dan output data. Ada dua jenis model data digital dalam GIS: format raster dan vektor. Sistem Informasi Geografis banyak digunakan di berbagai bidang sains salah satunya adalah untuk memetakan kesesuaian lahan, terutama untuk pertanian. Dengan bantuan proses analisis data Sistem Informasi Geografis yang dapat dilakukan dengan cara yang lebih cepat dan lebih baik dengan relatif lebih besar kapasitas penyimpanan data dibandingkan dengan data manual.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk mengklasifikasikan karakteristik tanah dan kualitas tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta. (2) Untuk membuat analisis spasial kesesuaian lahan untuk pertanian, terutama tanaman pangan (beras, jagung, dan kacang tanah) di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Metode yang digunakan yaitu dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Untuk analisis kesesuaian lahan dan kecukupan pangan, utama data yang dikumpulkan meliputi (1) peta bentuk lahan dan lahan penggunaan yang diperoleh dari interpretasi gambar; (2) data termasuk bahan organik, drainase, tekstur, tanah kedalaman, KTK, saturasi basa, pH, salinitas diperoleh dari pengamatan dan pengukuran di laboratorium; dan (3) lereng, batu. Data sekunder digunakan dalam analisis kesesuaian lahan termasuk gambar, Peta Topografi Indonesia, data iklim termasuk Data curah hujan dan suhu diperoleh dari stasiun agroklimatologi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Analisis untuk menentukan prioritas pembangunan di sektor pertanian didasarkan pada faktor fisik dimana informasi diperoleh melalui teknik sistem informasi geografis dengan memanfaatkan data iklim, suhu dan curah hujan dan data tanah. Peta kemiringan dan hamparan peta medan dan bentuk lahan digunakan untuk menghasilkan peta satuan lahan. Langkah selanjutnya adalah analisis sampel tanah yang diperoleh di lapangan yang selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk menentukan sifat fisik tanah di lokasi penelitian. Data tersebut kemudian dicocokkan dengan peta satuan lahan dan peta administrasi peta RBI sehingga lokasi mana yang (sangat, sedang, marginal) cocok atau tidak cocok untuk kegiatan pertanian, terutama untuk tanaman pangan (beras, kacang tanah, dan jagung).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada jurnal ini didapatkan hasil bahwa kesesuaian lahan pada tanaman padi menurut satuan lahan di lokasi yang diteliti menunjukkan bahwa distribusi kesesuaian lahan untuk beras berkisar antara S1 (sangat cocok) ke N (tidak cocok). Distribusinya dapat diliat dari rinciannya sebagai berikut: 25,4 persen sangat cocok, 18 persen cukup cocok, 42,1 persen sedikit sesuai, dan 14,6 persen tidak cocok. Faktor-faktor pembatas yang ada dari subkelas kesesuaian lahan adalah kondisi rooting (r), ketersediaan nutrisi (n), retensi hara (r), medan, dan banjir dan genangan (i). Total area dengan lahan yang tidak cocok untuk padi adalah 45.736,1 hektar dan didistribusikan di 43 kecamatan di empat kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa kecamatan dengan pesanan tidak cocok untuk beras adalah Gedangsari, Girisubo, Samigaluh, dan Kalibawang, sementara daerah dengan pesanan sangat cocok untuk beras termasuk 79.869,9 hektar dan didistribusikan di 58 kecamatan di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta.
Peta tanah yang cocok untuk beras di Daerah Istimewa Yogyakarta

Hasil klasifikasi kesesuaian lahan untuk jagung menunjukkan bahwa distribusi kesesuaian lahan untuk jagung berkisar dari sangat cocok hingga tidak cocok. Itu rincian distribusi adalah sebagai berikut: 58 persen tidak cocok, 25 persen sedikit sesuai, 15 persen cukup cocok, dan 2 persen sangat cocok. Faktor pembatas kesesuaian lahan yang ada subclass adalah kondisi rooting (r), ketersediaannya nutrisi (n), retensi nutrisi (r), medan (s), dan banjir dan genangan air (i). Total area yang tidak cocok untuk jagung adalah 135.720,3 hektar, sedangkan area yang cocok untuk jagung adalah 1.789,3 hektar. Area yang tersisa terdiri dari tanah yang cukup cocok dan sedikit sesuai dengan luas 177.287,1 hektar. Area yang cocok untuk jagung mencakup bagian-bagian seperti Banguntapan, Imogiri, Jetis, Kalasan, Kretek, Patuk, Piyungan, Pleret, Prambanan, dan Kecamatan Pundong. Kecamatan dengan tanah yang tidak cocok untuk jagung termasuk bagian Dlingo, Kokap, Nanggulan, Panjatan, dan Tepus.
Map of lands suitable for corn in Yogyakarta Special Region
Distribusi kelas kesesuaian lahan untuk kacang tanah di wilayah penelitian berkisar dari kelas sedang-layak (S2) hingga tidak sesuai (N). Distribusi lebih terinci adalah sebagai berikut: 16 persen cukup cocok, 28 persen cocok sedikit, dan 56 persen tidak cocok. Faktor-faktor yang membatasi kesesuaian lahan adalah kondisi rooting, ketersediaan nutrisi (n), retensi nutrisi (r), dan medan (s). Tanah yang tidak cocok untuk kacang tanah termasuk total area 182.317,2 hcctares atau 57,9 persen dari keseluruhan wilayah studi. Lahan yang sangat cocok untuk kacang tanah tidak ditemukan di wilayah studi, sedangkan lahan yang cukup cocok dan sedikit sesuai mencakup lahan seluas 63.012,8 hektar (20,0 persen) dan 69.466,7 hektar (22,1 persen).
Peta tanah yang cocok untuk kacang tanah di daerah istimewa Yogyakarta
Berdasarakan analisis diatas dapat diketahui bahwa kesesuaian lahan untuk padi, jagung dan kacang tanah di seluruh Provinsi Yogyakarta, terdapat  beberapa unit tanah tidak cocok untuk tiga tanaman tersebut. Berdasarkan analisis, 14 unit lahan ditemukan tidak cocok untuk semua tanaman (padi, jagung, dan kacang tanah). Satuan lahan ini adalah terletak di Bukit Menoreh, Bukit Sentolo, Dataran Tinggi Sewu, Ledok Wonosari, Lereng Atas Merapi, dan Tengah Kemiringan Merapi.
Unit-unit tanah di daerah istimewa Yogyakarta didominasi oleh kelas lereng yaitu sekitar 25 persen hingga lebih dari 40 persen. Tanah tidak cocok untuk padi dan jagung 15 unit., unit tanah yang tidak cocok untuk padi dan kacang tanah memiliki jumlah unit yang  lebih besar, yaitu 16 unit. Dua puluh tiga unit tanah tidak cocok untuk jagung dan kacang tanah dan ditemukan di lokasi yang sama dengan berbagai kelas kemiringan, mulai dari kelas I (0 hingga 2 persen) ke kelas VI lebih dari 40 persen.
Dengan demikian, dari hasil penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi karakteristik tanah dan kualitas di Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah tersebut sangat cocok untuk tanaman padi. Ini berarti bahwa upaya untuk meningkatkan produksi pangan, terutama beras dapat dioptimalkan sehingga akan mendukung program ketahanan pangan. Dalam hasil kuantitatif kesesuaian lahan untuk tanaman padi, jagung dan kacang tanah adalah sebagai berikut: (1) Tanaman padi, tanah yang sangat cocok adalah 25,4 %, cukup sesuai 18%, sedikit cocok 42,1%, dan tidak cocok 14,5%. (2) Jagung, dengan di tanah yang sangat cocok adalah 2%, cukup cocok 15%, sedikit cocok 25%, dan tidak cocok 58%. (3) Kacang tanah, dengan tanah yang cukup cocok adalah 16%, sedikit sesuai 28%, dan tidak cocok 56%
Lahan yang mungkin ditanami untuk pertanian kegiatan dan cocok untuk padi sawah berlokasi di Yogyakarta Ledok Wonosari dengan jenis tanah Grumusol dan di Ledok Wonosari dengan jenis tanah Rendsina, di Lereng Tengah Merapi dengan tipe spil Regosol dan di Lereng Bawah Merapi dengan jenis tanah aluvial. Tanah cocok untuk jagung ditemukan di Batur Agung dengan jenis tanah Latosol, sedangkan kesesuaian lahan untuk kacang tanah ditemukan di Kalimantan Lereng Tengah Merapi dengan jenis tanah Regosol dan in Pegunungan Sewu dengan jenis tanah Mediterran.



DAFTAR PUSTAKA

FAO.(1976). A Frame Work for Land Evaluation. FAO Soil Bulletin no 32. Wageningen. ILRI.


Simatupang, S., et al., (2001), Sektor Pertanian Sebagai Andalan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Bulletin Agro Ekonomi (4) Tahun 2001 hal 1-7


Ada beberapa rekomendasi berdasarkan analisis:
1. Penggunaan data mentah, terutama skala peta harus lebih besar untuk mendapatkan hasil yang lebih rinci. Untuk penelitian di masa depan, peta penggunaan lahan akan diperlukan untuk mendapatkan informasi lebih rinci tentang situasi saat ini kesesuaian lahan menggunakan hasil penelitian.
2. Penelitian ini hanya meneliti karakteristik area penelitian untuk menentukan, secara fisik, kesesuaian lahan untuk kegiatan pertanian, khususnya sektor tanaman pangan (beras, jagung, dan kacang tanah). Oleh karena itu studi lebih lanjut perlu untuk mengetahui bagaimana orang menggunakan yang sudah ada lahan pertanian, terutama bagaimana mereka memilih jenis komoditas pertanian.


File PowerPoint : Klik Disini

Website Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur : Klik disini
E-learning UPN"V" Jawa Timur : Klik disini
Website Agroteknologi UPN"V" Jawa Timur : Klik disini

Rabu, 06 Maret 2019

Aplikasi Sistem Informasi Geografik Dalam Sektor Pertanian

Aplikasi Sistem Informasi Geografik Dalam Sektor Pertanian
(Fitriyatush Shalihah / 17025010151)

a. Definisi Sistem Informasi Geografik
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem informasi spasial yang digunakan untuk memproses data yang bergeoreferensi  yang berbasis web serta memungkinkan akan membantu memecahkan suatu masalah.
Sistem Informasi Geografis adalah sebuah sistem yang terdiri dari software dan hardware, data dan pengguna atau institusi untuk menyimpan data yang berhubungan dengan semua fenomena yang ada dimuka bumi. Data-data tersebut dapat berupa sebuah detail fakta, sebuah kondisi dan informasi yang  disimpan dalam suatu basis data dan kemudian akan digunakan untuk berbagai macam keperluan misalnya analisis, manipulasi, penyajian dan lain sebagainya.
b. Tujuan SIG
Sistem Informasi Geografis memliki tujuan untuk mempermudah mendapatkan informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Ciri utamanya yaitu data bisa dimanfaatkan dalam Sistem Informasi Geografis yaitu data yang telah terikat dengan lokasi dan merupakan data dasar yang belum dispesifikasi.
Dapat disimpulkan bahwa GIS (Geographic Information System) atau bila diterjemahkan menjadi SIG ( Sistem Informasi Geografis) adalah pengolahan data geografis atau keruangan yang bisa dikelola lebih lanjut agar menjadi informasi data yang dibutuhkan dalm bentuk data spasial. Data spasial divisualisasikan berupa titik,garis,polygon, dan permukaaan.
Data spasial memiliki 2 struktur antara lain model data raster dan model data vektor. Data raster berarti data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat (grid) atau sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Sedangkan data vektor berupa data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang dapat menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (polygon).
Gambar 1. Visualisai data spasial
Dalam ilmu geografi, informasi yang diperlukan harus memiliki ciri-ciri yang harus dimiliki (Prahasta, 2002),yaitu:
  1. Knowledge, atau pengetahuan hasil pengalaman yang tersusun secara sistematis.
  2.  Logis, atau masuk akal dan menunjukkan sebab akibat.
  3. Objektif, artinya berlaku umum dan mempunyai sasaran yang jelas dan teruji.
c. Komponen – Komponen dalam SIG
Dalam sistem informasi geografis terdapat beberapa komponen antara lain (1) perangkat keras (Hardware), yang berfungsi untuk mendukung analisis geografi dan pemetaan seperti menyajikan citra dengan resolusi dan kecepatan tinggi dan mendukung operasi – operasi basis data dengan volume besar secara efektif. (2)perangkat lunak (Software), merupakan sekumpulan program aplikasi yang dapat melakukan proses menyimpan, menganalisa, dan memvisualkan data – data. (3) manusia (Brainware), merupakan inti dari komponen GIS karena manusia yang mengelola sistem, membangun perencanaan, dan penerima manfaat, serta harus memiliki keterampilan dalam hal penggunaan software dan hardware.(4)Data, merupakan hal yang dibutuhkan dalam  komponen system infomasi geografik, karena data tersebut memuat serta memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensi dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lainnya, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (atribut).(5)Metode, pada sistem informasi geografik menggunakan metode yang berbeda untuk setiap permasalahan. Sistem informasi geografik yang baik tergantung pada aspek desain dan aspek kenyataannya.
Sistem informasi geografis memiliki 4 komponen lain yang berpengaruh dalam proses penyelesaiannya, yang pertama tahap input data, digunakan untuk menginputkan data spasial dan data atribut yang meliputi proses perencanaan, penentuan tujuan, pengumpulan data, serta memasukkannya kedalam komputer (software). Kedua yaitu  pengolahan data meliputi penggunaan DBMS untuk menyimpan data, klasifikasi data, kompilasi, dan geoprocessing (clip, merge, dissolve).Ketiga yaitu tahap query dan analisis data dimana pada tahap ini dilakukan berbagai macam analisa keruangan, seperti analisis proximity dan analisis overlay. Komponen keempat atau komponen terakhir dalam SIG yaitu tahap output dan visualisasi yang merupakan fase terakhir dalam 4 komponen utama dimana berkaitan dengan penyajian hasil analisa yang telah dilakukan yang diwujudkan dalam bentuk peta atau dalam bentuk grafik.
d. Sektor pertanian
Sektor pertanian yang merupakan sektor yang diunggulkan pada sebagian besar daerah di Indonesia, kondisi tersebut menunjukkan perlunya perhatian terhadap pembangunan masyarakat khususnya di pedesaan. Perhatian tersebut dapat melalui investasi modal baik sosial maupun ekonomi, meningkatkan produktivitas hasil pertanian, mengatur hubungan yang saling menguntungkan antar warga dan membangkitkan kelembagaan lokal yang dapat memberdayakan semua pihak yang terlibat dalam meningkatkan produktivitas (Sisparyadi, 2003).
e.  Pemanfaatan SIG dalam bidang pertanian
Pembahasan yang berkaitan dengan aplikasi atau bidang-bidang yang mebutuhkan analisis dalam sekala wilayah luas dan perencanaan jangka panjang sangat mempermudah jika menggunakan aplikasi SIG, seperti yang tergambar pada bidang pertanian, Sistem informasi geografik saat ini lebih banyak dimanfaatkan untuk tujuan analisis yang kesesuaian dengan kemampuan lahan untuk pertanian, estimasi produksi dari beberapa komoditi tanaman pertanian, estimasi serangan hama-penyakit tanaman, prediksi erosi tanah, monitoring dan analisis perubahan tataguna lahan, analisis kerentanan banjir dan longsor tanah akibat perubahan penggunaan lahan, monitoring agroklimatologi, survei dan pemetaan tanah, evaluasi dan klasifikasi tanah, perencanaan jaringan irigasi,dan lain sebagainya.
Di bidang pertanian, sistem informasi geografik berguna untuk memprediksi luas area dan produksi komoditas pertanian, pemetaan potensi sumberdaya lahan, pengembangan agroindustri, serta prediksi sebaran hama dan penyakit tanaman.
Sistem informasi geografik yang dibuat dengan menggunakan skala besar (detail) dan menggunakan data masukan beresolusi tinggi memberikan keakuratan hasil (produk) yang tinggi, namun daerah cakupannya umumnya tidak terlalu luas. Sedangkan sistem informasi geografik yang dibuat dengan skala kecil serta menggunakan data masukan beresolusi rendah umumnya mempunyai tingkat keakuratan hasil yang rendah, namun mencakup daerah pemetaan yang luas.
Pemanfaatan system informasi geografik dalam sektor pertanian pada umumnya memerlukan  beberapa data masukan, yaitu berupa data-data spasial seperti : peta rupa bumi, peta geologi, foto udara, citra satelit atau citra radar, dan data-data atribut seperti : data iklim, dan data social penduduk. Masing-masing data tersebut jelas memiliki kegunaan yang berbeda-beda yaitu peta rupabumi digunakan sebagai dasar pembuatan peta administrasi dan peta kontur. Sedangkan peta geologi memiliki kegunaan untuk membantu analisis dan pembuatan peta tanah. Untuk foto udara, citra satelit, dan citra radar digunakan untuk analisis dan pembuatan peta. Data iklim memiliki kegunaan untuk menganalisis dalam pembuatan peta curah hujan (intensitas curah hujan).Sedangkan data sosial penduduk digunakan untuk analisis dan pembuatan peta sebaran penduduk. Data yang terkumpul di atas digunakan untuk pembuatan peta satuan lahan homogen atau peta dasar atau disebut juga dengan peta kerja lapang. Hal tersebut dilakukan melalui pengamatan lapang dan analisis sampel tanah, serta air di laboratorium, serta dengan melakukan analisis statistik, kemudian dibuat peta akhir sesuai tujuan yang diharapkan.
Fungsi dari SIG sangat bergantung dari tujuan awal pekerjaan SIG, namun demikian pada beberapa produk SIG terkadang dapat dimanfaatkan untuk tujuan lain yang tidak terprediksikan sebelumnya Di bidang pertanian, system informasi geografik berguna untuk memprediksi luas suatu area ataupun jumlah produksi komoditas pertanian, pemetaan potensi sumberdaya lahan, pengembangan agroindustri, dan agropolitan, serta prediksi sebaran hama dan penyakit tanaman. Produk system informasi geografik yang dibuat pada skala yang cukup besar (detail), menggunakan data masukan yang memiliki nilai resolusi tinggi agar dapat memberikan keakuratan hasil (produk) yang tinggi, namun daerah cakupan dari SIG skala tinggi umumnya tidak terlalu luas. Sedangkan untuk produk SIG yang dibuat dengan skala kecil dengan menggunakan data masukan yanag memiliki resolusi rendah umumnya mempunyai tingkat nilai keakuratan yang rendah pula, namun dapat mencakup daerah pemetaan yang cukup luas.
f.    Kajian SIG dalam bidang pertanian
Beberapa kajian yang mendukung optimalisasi lahan dalam bidang pertanian melalui analisis sistem informasi geografi :
·   Kajian Erosi Tanah, Kajian erosi tanah diperlukan data-data yang berkaitan dengan faktor-faktor penyebab erosi, seperti : data curah hujan harian selama 5 sampai 10 tahun terakhir, data sifat dan karakteristik tanah untuk menghitung besarnya erodibiltas tanah, data vegetasi dan lain sebagainya.
·   Kajian Serangan Hama Penyakit Tanaman, kajian serangan hama penyakit tanaman menggunakan data geospasial yang diperlukan antara lain data fisiografi wilayah, seperti bentuk lahan (landform), kelerengan, jenis tanah, dan sebaran vegetasi atau tanaman, data iklim terutama curah hujan, intensitas penyinaran matahari, arah angin, data pola penggunaan lahan dan data sosial penduduk.
·    Kajian Pembuatan Sarana Pengairan Dan Jaringan Irigasi, si diperlukan data geospasial berupa data bentuk lahan makro, kelerengan dan lithologi, data penggunaan lahan, data sebaran penduduk dan kepemilikan lahan dan data sumber-sumber air alami, dan lain-lain.

Website Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur : Klik disini
E-learning UPN"V" Jawa Timur : klik disini
Website Agroteknologi UPN"V" Jawa Timur : Klik disini

 

Fitri's Blog Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger