Geographic
Information System-Based Spatial Analysis of Agricultural Land Suitability in
Yogyakarta
(Analisis Spasial Berbasis Sistem Informasi
Geografis Kesesuaian Lahan Pertanian di Yogyakarta)
Sektor
pertanian adalah kegiatan ekonomi utama masyarakat dan juga sumber penguatan
ekonomi rakyat serta merupakan penyedia lapangan kerja terbesar. Selain itu sektor
pertanian adalah sektor yang disukai di sebagian besar wilayah di Indonesia.
Kondisi ini menunjukkan kebutuhan untuk memperhatikan perkembangan manusia,
khususnya di daerah pedesaan. Dalam jangka panjang, sektor pertanian diharapkan
meningkat untuk memungkinkan peningkatan di kesejahteraan ekonomi masyarakat
terutama di daerah pedesaan.
Lima kriteria harus dipenuhi untuk
memungkinkan sektor pertanian untuk menjadi sektor dominan dalam perekonomian wilayah.
Kelima kriteria tersebut adalah (1) kriteria kontribusi: kontribusi langsung
terhadap pencapaian tujuan nasional, (2) mengartikulasikan kriteria: adalah
kemampuan untuk mendorong pertumbuhansektor ekonomi lainnya melalui hubungan
sinergis antar industri; (3) kriteria promotif: kemampuan untuk menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan dan pengembangan sektor ekonomi
lainnya; (4) progresif kriteria: kemampuan untuk tumbuh secara berkelanjutan
pada tingkat yang cukup tinggi menilai, dan (5) kriteria ketangguhan: kapasitas
untuk bertahan dalam menghadapi setiap guncangan yang disebabkan oleh ekonomi, kekacauan
sosial atau politik. Dengan memenuhi lima kriteria ini, sektor pertanian akan
memiliki keduanya komparatif dan keunggulan kompetitif dalam ekonomi global (Simatupang
et al., 2001).
Untuk
memenuhi kelima kriteria diatas maka juga juga diperlukan beberapa faktor yang
mendukung untuk mecapainya salah satunya yaitu kesesuaian lahan. Dimana
kesesuaian lahan merupakan penilaian dan klasifikasi sebidang tanah dalam hal
kesesuaiannya untuk penggunaan yang ditentukan. Kesesuaian lahan dinilai dengan
membandingkan kualitas persyaratan penggunaan lahan dan lahan.
Menurut
FAO (1976) system klasifikasi kesesuaian lahan yang dapat dibagi menjadi empat
kategori: kesesuaian lahan di tingkat pesanan, kesesuaian lahan di tingkat
kelas, kesesuaian lahan di tingkat subkelas, dan kesesuaian lahan di tingkat
unit. Dalam hal tersebut juga, FAO menyebutkan bahwa kesesuaian lahan aktual dapat
ditanmai oleh tiga jenis komoditas tanaman pertanian yaitu padi,
jagung, dan kacang tanah.
Padi
adalah tanaman yang menghasilkan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia.
Kebutuhan akan beras sebagai makanan pokok akan terus mmeningkat dari tahun ke
tahun seiring dengan pertumbuhan populasi. Jagung adalah tanaman pangan yang bisa
dijadikan pengganti untuk padi. Jagung dapat ditanam dengan mudah di Indonesia
karena tidak memerlukan kondisi lahan bahkan lingkungan yang khusus. Sedangkan Kacang
tanah digunakan sebagai bahan baku dalam industri makanan dan bahwa kebutuhan
kacang tanah akan meningkat dari tahun ke tahun ke tahun.
Selain
kesesuaian lahan, terdapat factor lain yang dapat mendukung keberhasilan
produksi dan produktivitas sektor pertanian yaitu
factor pemilihan komoditas tanaman yang sesuai dengan lingkungan
(lahan, ketinggian,dll) yang ada, dimana hal tersebut secara tidak langsung
juga akan mempengaruhi level tinggi atau rendahnya pendapatan petani. kebijakan
pemerintah yang perlu ditingkatkan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan
petani, terutama dalam penyediaan input pertanian seperti pupuk, pestisida,
benih, sistem irigasi, dan input pertanian lainnya. Serta sistem distribusi
(pemasaran) dan penentuan harga pasar setelah panen juga perlu dipertimbangkan
agar tidak merugikan para petani.
Untuk mendukung
hal tersebut, perlu untuk menilai fisik serta keuangan dan ekonomi viabilitas
yang merupakan indikator keunggulan komparatif dan kompetitif sektor pertanian
di pangkalan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasilnya akan memungkinkan
pengembangan sektor pertanian yang lebih optimal, terutama untuk memperkuat ekonomi
rakyat di daerah pedesaan, dengan menggunakan Analisis Spasial Berbasis Sistem
Informasi Geografis.
Sistem
Informasi Geografis adalah sistem berbasis komputer yang memungkinkan untuk
menangani data yang direferensikan secara geografis termasuk memasukkan data,
manajemen, manipulasi dan analisis, dan output data. Ada dua jenis model data
digital dalam GIS: format raster dan vektor. Sistem Informasi Geografis banyak
digunakan di berbagai bidang sains salah satunya adalah untuk memetakan
kesesuaian lahan, terutama untuk pertanian. Dengan bantuan proses analisis data
Sistem Informasi Geografis yang dapat dilakukan dengan cara yang lebih cepat
dan lebih baik dengan relatif lebih besar kapasitas penyimpanan data
dibandingkan dengan data manual.
Tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk mengklasifikasikan karakteristik
tanah dan kualitas tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta. (2) Untuk membuat
analisis spasial kesesuaian lahan untuk pertanian, terutama tanaman pangan
(beras, jagung, dan kacang tanah) di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Metode
yang digunakan yaitu dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Untuk
analisis kesesuaian lahan dan kecukupan pangan, utama data yang dikumpulkan
meliputi (1) peta bentuk lahan dan lahan penggunaan yang diperoleh dari
interpretasi gambar; (2) data termasuk bahan organik, drainase, tekstur, tanah kedalaman,
KTK, saturasi basa, pH, salinitas diperoleh dari pengamatan dan pengukuran di laboratorium;
dan (3) lereng, batu. Data sekunder digunakan dalam analisis kesesuaian lahan
termasuk gambar, Peta Topografi Indonesia, data iklim termasuk Data curah hujan
dan suhu diperoleh dari stasiun agroklimatologi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Analisis
untuk menentukan prioritas pembangunan di sektor pertanian didasarkan pada
faktor fisik dimana informasi diperoleh melalui teknik sistem informasi
geografis dengan memanfaatkan data iklim, suhu dan curah hujan dan data tanah.
Peta kemiringan dan hamparan peta medan dan bentuk lahan digunakan untuk
menghasilkan peta satuan lahan. Langkah selanjutnya adalah analisis sampel
tanah yang diperoleh di lapangan yang selanjutnya dianalisis di laboratorium
untuk menentukan sifat fisik tanah di lokasi penelitian. Data tersebut kemudian
dicocokkan dengan peta satuan lahan dan peta administrasi peta RBI sehingga
lokasi mana yang (sangat, sedang, marginal) cocok atau tidak cocok untuk
kegiatan pertanian, terutama untuk tanaman pangan (beras, kacang tanah, dan
jagung).
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan pada jurnal ini didapatkan hasil bahwa
kesesuaian lahan pada tanaman padi menurut satuan lahan di lokasi yang diteliti
menunjukkan bahwa distribusi kesesuaian lahan untuk beras berkisar antara S1 (sangat
cocok) ke N (tidak cocok). Distribusinya dapat diliat dari rinciannya sebagai
berikut: 25,4 persen sangat cocok, 18 persen cukup cocok, 42,1 persen sedikit
sesuai, dan 14,6 persen tidak cocok. Faktor-faktor pembatas yang ada dari
subkelas kesesuaian lahan adalah kondisi rooting (r), ketersediaan nutrisi (n),
retensi hara (r), medan, dan banjir dan genangan (i). Total area dengan lahan
yang tidak cocok untuk padi adalah 45.736,1 hektar dan didistribusikan di 43
kecamatan di empat kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa kecamatan
dengan pesanan tidak cocok untuk beras adalah Gedangsari, Girisubo, Samigaluh,
dan Kalibawang, sementara daerah dengan pesanan sangat cocok untuk beras
termasuk 79.869,9 hektar dan didistribusikan di 58 kecamatan di seluruh Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Peta tanah yang cocok untuk beras di Daerah Istimewa Yogyakarta |
Hasil
klasifikasi kesesuaian lahan untuk jagung menunjukkan bahwa distribusi
kesesuaian lahan untuk jagung berkisar dari sangat cocok hingga tidak cocok.
Itu rincian distribusi adalah sebagai berikut: 58 persen tidak cocok, 25 persen
sedikit sesuai, 15 persen cukup cocok, dan 2 persen sangat cocok. Faktor
pembatas kesesuaian lahan yang ada subclass adalah kondisi rooting (r),
ketersediaannya nutrisi (n), retensi nutrisi (r), medan (s), dan banjir dan
genangan air (i). Total area yang tidak cocok untuk jagung adalah 135.720,3
hektar, sedangkan area yang cocok untuk jagung adalah 1.789,3 hektar. Area yang
tersisa terdiri dari tanah yang cukup cocok dan sedikit sesuai dengan luas
177.287,1 hektar. Area yang cocok untuk jagung mencakup bagian-bagian seperti
Banguntapan, Imogiri, Jetis, Kalasan, Kretek, Patuk, Piyungan, Pleret,
Prambanan, dan Kecamatan Pundong. Kecamatan dengan tanah yang tidak cocok untuk
jagung termasuk bagian Dlingo, Kokap, Nanggulan, Panjatan, dan Tepus.
Map of lands suitable for corn in Yogyakarta Special Region |
Distribusi
kelas kesesuaian lahan untuk kacang tanah di wilayah penelitian berkisar dari
kelas sedang-layak (S2) hingga tidak sesuai (N). Distribusi lebih terinci
adalah sebagai berikut: 16 persen cukup cocok, 28 persen cocok sedikit, dan 56
persen tidak cocok. Faktor-faktor yang membatasi kesesuaian lahan adalah
kondisi rooting, ketersediaan nutrisi (n), retensi nutrisi (r), dan medan (s).
Tanah yang tidak cocok untuk kacang tanah termasuk total area 182.317,2
hcctares atau 57,9 persen dari keseluruhan wilayah studi. Lahan yang sangat
cocok untuk kacang tanah tidak ditemukan di wilayah studi, sedangkan lahan yang
cukup cocok dan sedikit sesuai mencakup lahan seluas 63.012,8 hektar (20,0
persen) dan 69.466,7 hektar (22,1 persen).
Peta tanah yang cocok untuk kacang tanah di daerah istimewa Yogyakarta |
Berdasarakan
analisis diatas dapat diketahui bahwa kesesuaian lahan untuk padi, jagung dan
kacang tanah di seluruh Provinsi Yogyakarta, terdapat beberapa unit tanah tidak cocok untuk tiga
tanaman tersebut. Berdasarkan analisis, 14 unit lahan ditemukan tidak cocok
untuk semua tanaman (padi, jagung, dan kacang tanah). Satuan lahan ini adalah terletak
di Bukit Menoreh, Bukit Sentolo, Dataran Tinggi Sewu, Ledok Wonosari, Lereng
Atas Merapi, dan Tengah Kemiringan Merapi.
Unit-unit
tanah di daerah istimewa Yogyakarta didominasi oleh kelas lereng yaitu sekitar
25 persen hingga lebih dari 40 persen. Tanah tidak cocok untuk padi dan jagung 15
unit., unit tanah yang tidak cocok untuk padi dan kacang tanah memiliki jumlah unit
yang lebih besar, yaitu 16 unit. Dua
puluh tiga unit tanah tidak cocok untuk jagung dan kacang tanah dan ditemukan
di lokasi yang sama dengan berbagai kelas kemiringan, mulai dari kelas I (0 hingga
2 persen) ke kelas VI lebih dari 40 persen.
Dengan
demikian, dari hasil penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi
karakteristik tanah dan kualitas di Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa
sebagian besar wilayah tersebut sangat cocok untuk tanaman padi. Ini berarti
bahwa upaya untuk meningkatkan produksi pangan, terutama beras dapat
dioptimalkan sehingga akan mendukung program ketahanan pangan. Dalam hasil
kuantitatif kesesuaian lahan untuk tanaman padi, jagung dan kacang tanah adalah
sebagai berikut: (1) Tanaman padi, tanah yang sangat cocok adalah 25,4 %, cukup
sesuai 18%, sedikit cocok 42,1%, dan tidak cocok 14,5%. (2) Jagung, dengan di
tanah yang sangat cocok adalah 2%, cukup cocok 15%, sedikit cocok 25%, dan
tidak cocok 58%. (3) Kacang tanah, dengan tanah yang cukup cocok adalah 16%,
sedikit sesuai 28%, dan tidak cocok 56%
Lahan
yang mungkin ditanami untuk pertanian kegiatan dan cocok untuk padi sawah
berlokasi di Yogyakarta Ledok Wonosari dengan jenis tanah Grumusol dan di Ledok
Wonosari dengan jenis tanah Rendsina, di Lereng Tengah Merapi dengan tipe spil
Regosol dan di Lereng Bawah Merapi dengan jenis tanah aluvial. Tanah cocok
untuk jagung ditemukan di Batur Agung dengan jenis tanah Latosol, sedangkan kesesuaian
lahan untuk kacang tanah ditemukan di Kalimantan Lereng Tengah Merapi dengan
jenis tanah Regosol dan in Pegunungan Sewu dengan jenis tanah Mediterran.
DAFTAR PUSTAKA
FAO.(1976). A Frame
Work for Land Evaluation. FAO Soil Bulletin no 32. Wageningen. ILRI.
Simatupang, S., et al., (2001), Sektor Pertanian Sebagai Andalan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Bulletin
Agro Ekonomi (4) Tahun 2001 hal 1-7
Ada beberapa rekomendasi berdasarkan analisis:
1. Penggunaan data mentah, terutama skala peta harus lebih besar untuk mendapatkan hasil yang lebih rinci. Untuk penelitian di masa depan, peta penggunaan lahan akan diperlukan untuk mendapatkan informasi lebih rinci tentang situasi saat ini kesesuaian lahan menggunakan hasil penelitian.
2. Penelitian ini hanya meneliti karakteristik area penelitian untuk menentukan, secara fisik, kesesuaian lahan untuk kegiatan pertanian, khususnya sektor tanaman pangan (beras, jagung, dan kacang tanah). Oleh karena itu studi lebih lanjut perlu untuk mengetahui bagaimana orang menggunakan yang sudah ada lahan pertanian, terutama bagaimana mereka memilih jenis komoditas pertanian.
File PowerPoint : Klik Disini
Website Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur : Klik disini
E-learning UPN"V" Jawa Timur : Klik disini
Website Agroteknologi UPN"V" Jawa Timur : Klik disini