Sumber : 8villages.com |
Matahari bersinar
dengan penuh semangat, dilengkapi dengan suara burung yang berkicau riang.
Perkenalkan namaku Melody, seorang mahasiswa perantauan yang telah menumpuh 2,5
tahun untuk belajar dan mencari pengalaman baru disalah satu universitas swasta
disebuah kota yang terkenal dengan sebutan kota pelajar. Hari ini awal dimulainya semester baru dan
tentu saja awal yang baru untukku, semester ini sangat berbeda dengan semester
sebelumnya dimana disemester ini aku sebagai mahasiswa dituntut untuk
melaksanakan kuliah tanpa melakukan tatap muka secara langsung tetapi kita
dituntut untuk menggunakan teknologi yang ada contohnya saja penggunaan
aplikasi video conference untuk pelaksanaan kuliah bahkan praktikum saja juga
menggunakan aplikasi yang sama dan semua itu aku lakukan dirumah keduaku atau
biasa disebut kossan. Ya, semua itu terjadi karena adanya pandemi ini, yang
berakibat aku dan mungkin semua orang juga merasakan hal ini juga.
Pagi ini, mata kuliah pertama tentang “teknik budidaya tanaman” mengawali
awal perkuliahan semester baru ini. Perkuliahan pertama ini menjelaskan tentang
cara untuk membudidayakan sebuah tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Tentu saja perkuliahan pertama ini menambah pengetahuanku tentang macam teknik
budidaya yang baik dan tentu saja membuat semangatku untuk mewujudkan salah
satu impianku tercapai. Impianku ini mungkin untuk teman-temanku yang lain
biasa saja, tapi bagiku impian ini sebuah impian yang tidak semua mahasiwa
pertanian mau merealisasikannya didunia luar walaupun mereka mempunyai dasar
ilmu pertanian yang sama denganku. Beberapa waktu yang lalu, ketika aku tidak
sengaja atau dapat dibilang aku iseng bertanya kepada teman-temanku melalui
aplikasi chatting, dan memang benar jawaban mereka sangat jauh dari apa yang
aku pikirkan.
“
Heii..kalian udah punya rencana gitu gak sih, misalnya nanti pas udah lulus
atau sekarang gitu udah tau kalian mau ngapain nantinya?” -kataku
“Aku sih ada, aku pengen banget kerja dikantoran, tapi ngga tau deh kalo nanti–
balas Sisca singkat.
“Apa ya? Aku ada rencana buat kerja gitu sih, hmm dibank mungkin? ya ga
mau ngelak sih banyak kok lulusan dari jurusan kita kerja disana jadi kenapa ga
dicoba dulu..iya kan” –balas Nadila dengan sifat percaya dirinya.
“Ahhh kalian mah pasti udah ketebak sih kedepannya mau ngapain, liat
aku...masih ga ada pemikiran sama sekali nih, mikirin begituan nanti aja pasti
bakal ngalir juga, kaya yang sering aku bilang hidup itu dibiarin ngalir aja
hahahahaha” – balas Melati dengan sifat khasnya yang kadang diluar pikiran kami
berempat.
“Ya! Kebiasaan banget si melati, kita jawab serius dia malah jawab
bercanda...ehh tapi kalo kamu mel, udah ada rencana apa nih?” – balas Sisca.
“Aku sih ada sih, malahan mulai kepikiran selama pandemi ini..Aku mau
bikin usaha kecil-kecillan gitu, aku mau bikin hidroponik dikossan sih jadi
nanti hasilnya aku jual gitu disekitas kossan, kan lumayan tuh terus aku juga
pengen nanti usaha aku terus berlanjut gitu sih hehehe” – balasku panjang.
“Apa sih Sisca..emang aku salah jawab begitu ihh sebel deh...ehh tapi
Mel..keren banget dah ntar aku bantu promosi deh sekalian kan bantuin temen
juga ya gak hehehe...tapi tumben banget nanya begitu Mel? Ngga kaya biasanya
gitu” –balas Melati yang masih sama dengan candaannya.
“Iseng aja
ihh...tiba-tiba kepikiran aja...dahlah lanjut kuliah aja yuk” –balasku agar
pembicaraan serius ini selesai.
*************
Keesokan harinya, ditemani senja
yang memancarkan sinar berwarna orange bercampur
pink keunguan yang sangat indah. Aku duduk didekat jendela kamar dan aku teringat
akan perbincangan yang telah aku, Sisca,
dan Melati bicarakan di aplikasi chatting sebelumnya. Karena itu, aku pun merasa
ragu. Rasa ragu itu yang membuatku bingung untuk memulai dari mana, apalagi
suatu artikel yang pernah aku baca mengatakan lebih susah memulai dari pada
menjalankan bisnis yang sudah berjalan.
Sehari, dua hari, bahkan satu minggu
berlalu, aku masih memikirkan hal yang sama. Hingga suatu hari kami mendapatkan
tugas kelompok dari dosen kami yang dimana kelompok kami terdiri aku, nadila,
sisca dan melati. Ya, benar kami kebetulan bergabung dalam satu kelompok, yang
dimana kami harus mewawancarai para pengusaha dibidang pertanian, yang tentu
saja dengan daring.
“Hey
guys! Gimana nih, pemilik usaha yang tadi kita bahas mau gak kita wawancara?”
–tanya Sisca.
“ Sabarr dong ahh..baru juga dihubungin “ – balas Nadila.
“Ehh ehh udah dibales nih, katanya beliau mau bantuin kita buat wawancara
ini, jadi besok pagi yaa..kita wawancaranya?” –balasku menjelaskan.
“Boleh tuh...jam 9 pagi! via Gmeet tentu saja” –balas Melati menanggapi.
“Okey!” –balasku kami
bersama.
**********************
Keesokan harinya, kami sudah siap didepan laptop kami masing-masing,
untuk melakukan wawancara dengan pemilik usaha hidroponik yang cukup dikenal
dikota ini. Tepat pukul 09.00 WIB, kami memulai wawancara, hingga akhirnya perberbincangan
yang kami bahas meluas dengan pemilik usaha tersebut. Mulai dari membahas
pertanyaan yang kami buat hingga pada akhirnya menanyakan sesuatu yang kami ingin tau dari
diri kami masing-masing. Misalnya Sisca yang menanyakan tentang apa motivasi
beliau untuk memulai usaha ini, kemudian Melati yang menanyakan tentang suka
duka membangun usaha beliau, kemudian tidak lupa aku bertanya apakah benar
membangun usaha lebih susah dari mempertahankan sebuah usaha itu sendiri. Jawaban
beliau sangat membuat kami termotivasi dan juga merasa malu pada diri kita sendiri,
karena beliau mampu membangun usahanya tanpa ada dasar ilmu pertanian sama
sekali tapi beliau mampu membangun dan mengembangkan usahanya hingga besar
seperti sekarang.
Selesai melakukan wawancara dan berbincang dengan beliau aku jadi berfikir,
jika beliau yang tidak mempunyai dasar pertanian mampu membangun usaha
hidroponik itu, maka aku yang mempunyai dasar ilmu pertanian harusnya lebih
mampu untuk membangun sebuah usaha dibidang pertanian itu sendiri. Dari sini aku
mulai memberanikan diri untuk memulai usaha kecil dirumah keduaku. Benar, aku
memulai usaha hidroponik kecil-kecilan atau dapat dibilang aku hanya
menggunakan hidroponik kit dan alat hidroponik sederhana dari barang-barang
bekas yang ada. Dimulai dari menanam sayuran yang banyak diminati oleh
masyarakat yaitu kangkung, sawi, bahkan bayam.
Hari demi hari,
minggu demi minggu, hingga saatnya masa panen sayurku datang juga. Namun tanpa
aku sadari sebelum aku menawari hasil panenku, para tetangga sudah tertarik
untuk membeli hasil panen sayuranku. Dan mereka juga memberikan aku semangat
untuk terus mengembangkan usaha kecilku ini walaupun sedikit demi sedikit.
Dengan diterimanya hasil usahaku disini aku jadi terus bersemangat untuk
meneruskan usaha kecilku ini hingga menjadi usaha yang besar. Dengan cerita
ini, membuktikan bahwa pandemi tidak dapat menghalangi produktivitas kita.
*******************TAMAT*******************
0 komentar:
Posting Komentar