Sabtu, 31 Agustus 2013

TAKDIR CINTA



Mova duduk di taman belakang sekolahnya di temani sahabatnya Nina. Nina adalah sahabat yang benar-benar mengerti Mova, saat Mova terluka Nina menjadi obat, saat Mova putus asa Nina menjadi penguat, saat Mova berada dikegelapan Nina menjadi penerang, saat Mova berada dalam duka Nina membuat Mova kembali tertawa.

“Ada apa denganmu? Kau masih memikirkan lelaki itu?” tanya Nina menatap Mova dalam-dalam.
“Lelaki yang kau maksud memiliki nama, Nin” ujar Mova mengoreksi perkataan Nina.
“Iya, ku ulangi. Kau masih memikirkan Rizky?” tanya Nina sekali lagi.
“Tentu saja, Nin. Aku menganguminya, secara ia adalah anak yang dikenal di sekolah ini. Ia anak tim basket, pengurus OSIS pula” jawab Mova yakin.
“Hanya itu saja yang kau kagumi darinya?” Nina menyeritkan dahi.
“Apalagi?” Mova bertanya balik pada Nina.
“Kau juga harus menganguminya karena sikap dan sifatnya. Baikkah dia? Sopankah dia? Rajinkah dia? Atau apa?” ujar Nina panjang lebar.
“Aku belum mengetahui jelas bagaimana sikap dan sifatnya, karena aku belum terlalu dekat dengannya. Kau harus mengerti itu, Nina. Tentu tidak mudah bagiku mendekatkan diri dengan kakak kelas” balas Mova.
“Ku rasa kau harus lebih mengenalnya, agar aku dapat menilai, pantaskah ia dikagumi oleh seorang Mova” ujar Nina memegang bahu Mova.
“Akan ku buktikan padamu bahwa ia memang pantas ku kagumi” balas Mova percaya diri dengan pendapatnya.

          Keesokkan harinya, Nina berteriak kencang begitu Mova telah masuk ke kelasnya.

“Ada apa, Nina?” tanya Mova sambil memegang telinganya.
“Ada yang harus kau tahu” jawab Nina dengan tergesa-gesa.
“Apa itu? Mengapa kau terlihat tergesa-gesa?” tanya Mova sekali lagi.
“Ikut aku dahulu” ujar Nina menarik Mova menjauh dari keramaian.
“Kau harus tahu, Rizky, Rizky, menyukai kakak kelasnya” kata Nina dengan tegas.
“Hah? Siapa? Darimana kau tahu itu?” tanya Mova kaget.
“Audrey, kau tau Audrey bukan? Ketua OSIS itu!” jawab Nina.
“Asataga! Darimana kau tahu?” tanya Mova menutup mulutnya.
“Aku mengetahuinya dari Aska, ia kan juga masuk di tim basket, tentu saja dia tahu itu” jawab Nina memberitahu.
“Aku harus bertanya langsung pada Aska” ujar Mova lalu meninggalkan Nina dan mencari Aska.

          Di kelasnya, Mova menemukan Aska yang sedang dicari-carinya.
“Aska, apa benar bahwa Rizky menyukai Audrey? Katakan yang sejujurnya padaku” Mova berbisik pada Aska.
Aska mengangguk.
“Darimana kau tahu?” tanya Mova lagi.
“Saat latihan, Rizky memberitahu kami” jawab Aska meyakinkan.
“Oh, God” seru Mova lalu meninggalkan Aska.

          Saat istirahat, seperti biasanya Mova dan Nina duduk di taman belakang sekolahnya. Kembali mengobrol seperti biasanya. Obrolan mereka juga tak jauh dari Rizky yang dikagumi oleh Mova.

“Ku rasa kau harus memberanikan diri mengenalkan diri pada Rizky” ujar Nina memberi masukan dan saran.
“Dia pasti heran mengapa aku mendekatinya” jawab Mova ragu.
“Tak mungkin dia menanyakan yang macam-macam. Jika memang ia bertanya, katakan saja bahwa kau hanya ingin berteman dengannya” balas Nina dengan ide emasnya.
“Kau benar, kalau begitu, mari ikut aku” Mova bangkit dari tempat duduknya sambil menarik Nina.

Nina dan Mova sudah berada di tepi lapangan basket sambil melihat tim basket latihan. Saat tim basket sedang istirahat, Mova mendekati Rizky.

“Ku rasa kau kelelahan. Minumlah ini” ujar Mova sambil memberikan minuman pada Rizky.
“Terima kasih, adik kelasku” jawab Rizky dengan ramah.
“Kenalkan aku..” ujar Mova yang belum menyelesaikan perkenalannya.
“Kau Mova? Aku Rizky” sela Rizky.
“Ya” balas Mova singkat lalu berbincang-bincang dengan Rizky.

Namun dalam hal ini, Nina tidak menemani Mova. Nina hanya melihat Mova dari kejauhan saja. Nina senang Mova bisa cepat akrab dengan Rizky yang ia kagumi itu.

“Ku dengar kau menyukai Audrey yang ketua OSIS itu?” tanya Mova tersenyum.
“Jangan dibahas, aku merasa malu” Rizky tertawa.
“Kau tak perlu, Kak. Katakan saja” ujar Mova bercanda.
“Jangan panggil aku ‘Kak’, aku belum terlalu tua” balas Rizky mengalihkan pembicaraan.
“Baiklah, Rizky” Mova menuruti hendak Rizky.
“Jika kau memamg menyukai Audrey, kau harus berusaha keras, sama seperti ketika aku berusaha untuk mengenalmu” ujar Mova membuat Rizky kaget.
“Kau berusaha untuk mengenalku?” tanya Rizky.
“Hmm” jawab Mova mengangguk.
“Tanpa usaha pun, aku mau kenal denganmu” balas Rizky menepuk bahu Mova dengan pelan.
Mova hanya mengangguk.
“Aku boleh meminta nomor handphonemu?” tanya Rizky.
“Aku?” tanya Mova sambil menunjuk mukanya.
“Iya, kau” jawab Rizky sambil menjulurkan handphonenya pada Mova.
Mova pun mengetik nomor handphonenya di handphone Rizky dan “SAVE”. Nomor Mova sudah tersimpan.
“Akan ku hubungi kau. Sekarang aku harus latihan lagi” ujar Rizky.
Karena Rizky harus latihan lagi, Mova pun memutuskan untuk pergi dan menghampiri Nina.
“Kau lama sekali, Mova. Aku sampai pegal berdiri menunggumu” ujar Nina menggerutu.
“Tapi aku berhasil” ujar Mova dengan gembira.
“Aku ikut senang” balas Nina sambil mengelus-elus betisnya yang pegal.
“Apa yang sudah kalian katakan?” tanya Nina sambil berjalan menuju kelas mereka.
“Hanya basa-basi saja. Dan kami bertukar nomor handphone, itu saja” jawab Mova tersenyum ke arah Nina.
“Apa? Kau berhasil bertukar nomor handphone dengannya?” tanya Nina kaget.
“Itu luar biasa” puji Nina.
“Biasa saja, Nin” balas Mova sombong.

          Malam harinya, Mova terus memegang handphonenya dan berharap satu getaran tanda pesan masuk atau nada dering bertanda panggilan masuk berdering di handphonenya.
“Pliss, berderinglah handphoneku” pinta Mova sambil menggenggam handphonenya erat-erat.
Dan ajaib, handphone Mova berdering membunyikan nada dering, satu panggilan masuk dari “RIZKY” dan dengan semangat ’45 Mova mengangkatnya.

“Halo?” ujar Mova menenangkan dirinya agar jantungnya tak melonjak.
“Mova?” tanya suara dari seberang sana.
“Ya” balas Mova.
“Kau sedang apa?” tanya Rizky.
“Tidak sedang apa-apa. Bagaimana denganmu?”
“Aku sedang menelponmu” jawab Rizky tertawa.
“Aku tahu itu” balas Mova.

Percakapan mereka dalam telepon berlangsung cukup lama, hingga larut malam. Mova merasa senang ia bisa sedekat ini dengan kakak kelas yang ia kagumi.

          Keesokkan harinya Mova bersemangat memberitahu pada Nina bahwa semalaman ia berbincang dengan Rizky melalui telepon.

“Nin, kau tahu, semalam aku teleponan dengan Rizky” ujar Mova menunjukkan handphonenya.
“Woah, kau semakin dekat dengannya. Hati-hati, nanti kau jatuh cinta dengannya”
“Tidak, aku hanya menganguminya saja” balas Mova.
Nina hanya mengangguk-angguk tersenyum.

          Makin hari Mova dan Rizky semakin sering berhubungan. Berita bahwa Rizky menyukai Audrey pun kita seperti sirna dan tak pernah dibahas, justru sekarang kedekatan Rizky dengan Mova lah yang sering ditujukan. Karena memang Mova semakin dekat dengan Rizky tak hanya melalui telepon atau pesan sms, namun juga saat di sekolah. Nina pun ditinggalkan Mova ketika Rizky sudah semakin dekat dengan Mova, namun Nina tak keberatan, karena ia ingin Mova bahagia.

Suatu hari sepulang sekolah, Nina mengajak Mova untuk berkeliling mall seperti yang biasa mereka lakukan sebelumnya.

“Maaf, aku tak bisa” ujar Mova memegang tangan Nina.
“Tak apa, aku tahu kau memiliki janji dengan orang lain bukan?” tanya Nina tersenyum.
Mova mengangguk membenarkan tebakan Nina.
“Dengan siapa?” tanya Nina menginterogasi.
“Rizky” jawab Mova tersenyum.
“Oh, baiklah. Aku hanya mengingatkan, jaga ucapanmu waktu itu, kau sudah berkata bahwa kau tidak akan mencintainya” ujar Nina mengingatkan Mova.
“Semua bisa berubah begitu saja, Nina” balas Mova lalu berlari meninggalkan Nina.

          Mova dan Rizky makan siang bersama di sebuah café sepulang sekolah. Kedekatan mereka sudah bisa dikatakan melebihi kedekatan seorang sahabat. Mereka pulang dan pergi sekolah bersama, Rizky juga sering menjemput Mova di kelasnya saat istirahat atau pulang sekolah.

“Kau tahu banyak temanku mengira bahwa kita memiliki hubungan” ujar Rizky sambil menyantap makanan yang ada di hadapannya.
“Sudahlah, tak usah dihiraukan. Banyak juga temanku yang berkata sama dengan temanmu” balas Mova mengatakan yang sebenarnya.
Mova hanya mengangguk.

          Malam harinya, Mova dan Rizky smsan. Awalnya mereka hanya membahas hal-hal biasa, namun tiba-tiba Rizky menanyakan hal yang tidak biasa.

“Apakah kau menyayangiku?” tanya Rizky membuat Mova kaget dan mengucek matanya.
“Untuk apa Rizky bertanya masalah ini?” tanya Mova dalam hati.
“Ku rasa aku harus berbicara jujur dengannya” tambah Mova.
“Sejujurnya aku menyayangimu” balas Mova dengan jujur.
“Begitu juga aku padamu. Aku juga menyayangimu”
“Lalu? Bagaimana status kita?” tanya Mova.
“Kita sama-sama menyayangi, namun aku tidak ingin memiliki status”
“Tapi aku ingin memiliki status. Mengapa kau tidak ingin memiliki status denganku jika memang kau juga menyayangiku?”
“Karena aku tak ingin terikat dengan status” jawab Rizky.
“Baiklah” balas Mova.

          Sejak Rizky melontarkan pertanyaan pada Mova dan mereka sudah menjawab jujur satu sama lain, mereka jarang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Seketika Nina dan Mova sedang berjalan di koridor sekolahnya, Mova melihat Rizky dan teman-temannya sedang berbincang dari kejauhan, namun Mova masih bisa mendengar apa yang mereka katakan.

“Sebenarnya bagaimana hubunganmu dengan Mova itu?” tanya Alex teman Rizky.
“Tidak ada, kami hanya berteman” jawab Rizky.
Jawaban yang diberikan Rizky itu membuat Mova terkejut, tak ia sangka Rizky hanya menganggapnya sebagai teman, padahal ia tahu bahwa Rizky menyayanginya.
“Tidak mungkin” ujar Mova berlari.
“Movaaa” teriak Nina mengejar Mova. Teriakan Nina membuat Rizky menoleh ke arah Nina lalu mengejarnya.

          Di kelas, Nina menanyakan apa yang terjadi pada Mova, tiba-tiba Rizky datang dengan nafas tergesa-gesa.

“Ada apa?” tanya Rizky mengatur nafasnya.
“Aku tak tahu, Mova menangis begitu saja” jawab Nina sambil mengelus-elus punggung Mova yang sedang menunduk menangis.
“Bisa tinggalkan aku dan dia?” pinta Rizky.
Nina bangkit dan meninggalkan mereka berdua.
“Kau hanya menganggapku temanmu?” tanya Mova begitu Nina sudah pergi.
“Bukan itu maksudku” jawab Rizky menyalahkan pernyataan Mova.
“Sudahlah, tak apa jika aku memang hanya pantas menjadi temanmu, akan ku terima” ujar Mova menghapus air matanya, tersenyum lalu menepuk bahu Rizky dan pergi meninggalkan Rizky.
“Maaf, Mova” ujar Rizky dalam hati.

          Sepulang sekolah, Mova sudah cukup tenang, dan Nina yang penasaran pun bertanya apa yang terjadi pada Mova.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Nina.
Mova hanya menggeleng lemah.
“Baiklah jika kau tidak ingin bercerita” balas Nina mengerti.

Setelah kejadian itu, Rizky tak berani menghubungi Mova. Ia hanya menanyakan semua tentang Mova melalui Nina. Namun setelah 2 bulan lost contact dengan Mova, Rizky merasa tak sanggup dan akhirnya ia meminta tolong pada Nina untuk menyampaikan bahwa Rizky mengajak Mova bertemu di café yang sering mereka kunjungi.

“Baiklah, akan ku sampaikan pada Mova” ujar Nina.
“Terima kasih” balas Rizky lalu pergi.

          Malam harinya, Rizky menunggu di café  yang biasa ia datangi bersama Mova. Ia berharap Mova datang dan tidak menghindarinya. Dan beruntunglah Rizky, Mova datang malam ini.

“Ada apa kau mengajaku?” tanya Mova begitu sampai.
“Duduklah dahulu”
Setelah duduk, Rizky menjelaskan maksudnya.
“Aku mengajakmu kemari untuk meminta maaf padamu” ujar Rizky.
“Berapa kali kau meminta maaf padaku? Aku sudah bosan mendengar permintaan maafmu”
“Bukan hanya itu. Aku menyesal karena hanya menganggapmu temanku” tambah Rizky.
“Itu tak masalah bagiku, kau boleh menganggapku apa saja. Aku tak bisa menolaknya”
“Aku ingin kita memiliki status, tapi kau harus siap untuk ku tinggalkan” ujar Rizky.
“Aku tidak lagi ingin kita memilki status. Untuk apa memiliki status jika akhirnya kau akan meninggalkanku” tanya Mova.
“Aku akan meninggalkanmu setelah aku lulus SMA, itu masih lama” balas Rizky.
“Berapa lama kau akan pergi?” tanya Mova.
“5 tahun” jawab Rizky.
“Apa? 5 tahun? Kau sudah gila! Mana mungkin aku sanggup menjalin hubungan namun tak pernah bertemu selama 5 tahun?” Mova kaget setengah mati.
“Aku hanya ingin mencari jati diriku dalam 5 tahun itu” ujar Rizky menggenggam tangan Mova.
“Lebih baik kita tidak usah memiliki status saja” Mova melepaskan tangan Rizky dari tangannya.
“Tapi aku menyayangimu” ujar Rizky.
“Kau masih bisa menghubungiku” balas Mova.
“Tapi selama 5 tahun itu aku tak akan menghubungi siapapun kecuali keluargaku” Rizky dengan nada tinggi.
“Kau sudah benar-benar gila. Aku tidak bisa menuruti kehendakmu itu” ujar Mova.
“Hmm, aku takkan memaksamu untuk menuruti kehendakku” balas Rizky mengerti Mova.

          Setelah hari itu, Mova dan Rizky tidak lagi dekat seperti sediakala. Mova kira ia akan menemukan seseorang lain yang dapat singgah dihatinya, namun ia salah. Sepupunya, Stella berniat mengenalkan temannya pada Mova, siapa tahu mereka bisa saling tertarik.

“Kalau kau memang mau mengenalkan aku pada lelaki yang bernama Niko, akan ku ikuti” ujar Mova.
“Kapan kau bisa bertemunya?” tanya Stella.
“Kapan saja. Besok pun bisa” jawab Mova.
“Baiklah. Di mana?” tanya Stella.
“Di mana pun” jawab Mova dengan lemas.

          Keesokkan harinya Mova bertemu dengan lelaki bernama Niko hyang merupakan teman Stella itu. Mova mulai tertarik dengan Niko, karena menurutnya Niko bisa diajak ngobrol dan ia juga mudah akrab.
Beberapa bulan menjalani hubungan yang tidak jelas dengan Niko, namun Mova tidak merasakan getaran yang sama saat ketika ia bersama Rizky. Ia merasa bahwa hanya Rizky yang mampu menaklukan hatinya. Ia pun mengatakan pada Stella bahwa ia tak bisa menjalani hubungan yang lebih jelas lagi dengan Niko.

“Mengapa kau tak bisa?” tanya Stella.
“Aku tidak bisa saja” jawab Mova.
“Kau pasti masih menyukai kakak kelasmu itu?” Stella menebak.
“Ia tak bisa jauh dari benakku” jawab Mova jujur.
“Itu tandanya kau memang benar-benar menyayanginya. Jjurlah padanya” ujar Stella memberi saran.
“Namun aku tak berhubungan lagi dengannya”
“Kau harus memulai kembali” ujar Stella meyakinkan Mova.
Mova hanya mengangguk.

          Setelah berhasil berhubungan kembali dengan Rizky. Saat istirahat sekolah, Mova dan Rizky berbincang di taman belakang sekolah.

“Kau sudah tidak marah lagi padaku?” tanya Rizky memastikan.
“Aku tidak pernah marah padamu, Rizky” jawab Mova tersenyum.
Rizky balas tersenyum.
“Lalu apa yang ingin kau katakan padaku?” tanya Rizky.
“Jujur, selama aku tidak berhubungan denganmu, aku menjalani hubungan dengan seseorang. Namun sayang aku tidak menjalaninya dengan hati” Mova menjelaskan.
“Maka itu aku memutuskan berkata jujur padanya bahwa aku tak memiliki rasa apapun padanya” lanjut Mova.
“Lalu?” tanya Rizky menatap Mova.
“Kini aku benar-benar yakin bahwa yang ada di hatiku hanya kau. Tak ada lagi yang bisa menaklukan hatiku selain kau. Hanya kau, Rizky!” ujar Mova dengan tegas.
“Ku rasa aku juga merasakan hal yang sama denganmu” balas Rizky.
“Aku memutuskan untuk tidak memiliki status denganmu” ujar Mova.
“Katamu hanya aku yang ada di hatimu?” tanya Rizky.
“Kau tenang saja, meski kita tak memilikii status apapun, aku akan tetap menunggumu berapa lama pun. Aku berjanji” jawab Mova.
“Terima kasih” Rizky memeluk erat Mova.

Pada akhirnya hanyalah takdir yang dapat memutuskan apakah mereka bisa menjalani hubungan tanpa status dan berpisah selama 5 tahun meskipun mereka saling menyayangi.



0 komentar:

Posting Komentar

 

Fitri's Blog Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger